Sabtu, 31 Oktober 2009

Duduk Di Sudut Ini

Melihatmu di atas glamornya panggung itu dari bangku penonton adalah sudut terbaik untukku
Tidak bermusik bersama melodimu dengan music rock favorit aku dan kamu bukan menjadi alasan bagiku untuk berhenti memainkan rhythm ini sendirian
Bernyanyi sendiri tanpa iringan gitar darimu dalam sudut kegelapan malam ini hanya menjadi sedikit bagian dari kenangan manis yang terlewatkan
7.10.09

KETIKA DULU SEMBILAN TAHUN LALU

Memutar kembali waktu
Ketika dulu
Sembilan tahun lalu
Saat aku di malamku
Terbentang langit gelap kanvasku
Terhias indah bulan purnama
Kilauan bintang bagai permata
Malam-malam itu
Aku mau
7.10.09

ULAT KECIL DALAM METAMORFOSA MENJADI KUPU-KUPU

Aku lengah
Sekarang terdiam saja
Menatap bisu yang kukira bintangku
Bintang redup istimewa yang tak sempurna
Bagaimana mungkin sinarnya luluhkan banyak jiwa kesepian?
Aku pikir sinarnya untukku!
Bolehkah aku cemburu?
Pada awan yang juga merasa nyaman akan kehangatan sinar redupnya
Pada bulan yang diam-diam tersipu akan kerlipan sinarnya
Pada langit yang setia memeluk mesra bintang(ku) setiap malam
Aku hanya ulat kecil dalam metamorfosa menjadi kupu-kupu
Hanya bisa menatapmu dari jauh
Tak kan mampu terbang setinggi itu menggapaimu
29.7.09.19.01

Topeng

Aku bukan pemain teater
Entah kenapa aku menjadi terampil tampil seperti ini
Senyum ceria
Tertawa-tawa
Bahagia
Ini tak lebih dari sandiwara tiada akhir
Sinetron panjang ratusan bahkan ribuan episode yang tak kunjung tamat
Sudahkah aku memperoleh “penghargaan” sebagai pemain wanita terrbaik?

FA SOL LA

Inikah bagian simfoni panjang bernada jelek yang kau banggakan?
Apakah intro memulainya dengan indah?
Bagaimana dengan reffren berulang-ulang yang membuatku sesak nafas?
Jangan bilang lirikmu itu puitis!
Haru biru aku mendengarnya?
Tidak!
Tidak ada romantic mendayu-dayu dari nadamu!
Apa boleh jangan pakai nada do re mi?
Mulai saja dengan fa sol la

Cowok

Berkaca lagi akan diri
Sosok tangguh tak tertandingi
Ketampanan seolah jadi harga mati
Bagaimana aku hari ini?
Hmm… TAMPAN!

Cewek

Berkaca lagi akan diri
Sosok anggun tak tertandingi
Kecantikan seolah jadi harga mati
Bagaimana aku hari ini?
Hmm… CANTIK!

Nyanyian Rasa Api Yang Membara

“Jam 9 ya!”
“Okeiii… Aku kasih FD nya besok ke kamu jam 9. Aku tunggu di depan Aesculap ya.” Cewek Cantik berkata lalu tersenyum. Senyum palsu karena sebenarnya Cewek Cantik lagi bete.

***

Menunggu…
Menunggu…
Menunggu…

“Yah… memang aku yang salah. Kenapa juga datang sebelum jam 9, “ Cewek Cantik berkata dalam hati menghibur dirinya sendiri yang lelah menunggu, “Ntar lagi pasti datang!!!”

Menunggu…
Menunggu…
Menunggu…

9.30

“AAARRRGGGHHH!!!” Cewek Cantik mulai kesal.
Cewek cantik memang cantik, tapi bukan puteri raja yang betah duduk lama-lama di singgasana. Lagi pula ini bukan singgasana. Ini tempat duduk di depan Aesculap!!!
“Jalan-jalan dulu ah… Siapa tahu ketemu dokter muda tampan. Lumayan. Cuci mata. Mengembalikan senyuman yang sudah dirampas paksa sama orang yang ditunggu tapi enggak nongol juga!!!”

9.40

Orang yang ditunggu tiba-tiba muncul entah darimana (Mungkin dari pasar!) dan berkata, “Hei! Aku cariin kamu dari tadi!!! Aku cari kamu di depan Aesculap!!!”
Nada suaranya terdengar seperti … Kesal … ??? Atau Cewek Cantik yang terlalu sensitive. Maklumlah Cewek Cantik tidak hanya cantik tapi berhati selembut kapas & sehalus sutera.
Cewek Cantik melongo.


Bai de wei, eniwei, baswei ,,,
Ini jam 9.40. Bukan jam 9.