Selasa, 24 November 2009

INIKAH DEWASAKU?

Benarkah fase-fase dalam kehidupan akan menjadikan sosok diri berevolusi menjadi dewasa?
Aku berdiri di sini dalam usia 20 tahun tanpa apa-apa
Aku manja, tak bisa apa-apa tanpa orang yang aku sayangi menyayangi aku, aku percayai mempercayai aku
Aku harus bersama mereka yang aku sayangi menyayangi aku, aku percayai mempercayai aku
Aku tidak bisa hidup mandiri
Aku tidak bisa sendiri

Aku tersenyum-senyum, tertawa-tawa, bernyanyi-nyanyi saat hal-hal indah menari-nari di surga duniawiku
Aku berteriak-teriak marah-marah, menangis-nangis meraung-raung saat neraka duniawiku datang menghampiri
Inikah dewasaku?

DALAM KENANGANKU DENGAN TERCINTA

Persembahkan untukknya dan kenangannya yang selalu hantui aku
Tak akan pernah terlupa
Tak akan pernah terganti rasa sayang ini
Masih terlalu sakit, kepergianmu tak pernah bisa aku terima hingga kini
Adakah keajaiban memberikan kesempatan untuk bersamamu lagi
Kembalilah… Walau hanya untuk senyum sesaat
Temani sendiriku
Hibur sepiku
Yang terlalu perih menahan rasa
Kenapa aku harus kehilanganmu selamanya?

  Dengan luka,,, aku di sini MASIH HARUS TERSENYUM  

OMONG KOSONG 10.11.09-21.07

Lagi-lagi terlarut dalam alasan tidak penting yang berdisco ajep-ajep di kepala
Teringat lagi akan hinaan gadis sialan dengan dagu terdongak
Kenapa dia dengan jalang berdiri di hadapanku peringatkanku
Aku tidak pernah ingat bahwa dia punya kuasa atasku
Siapa dia!
Pernahkah aku mengenalnya sebaik sekarang?
Gadis ‘yang dulu dibanggakan’ ternyata ‘tak lebih sempurna’ dari aku dan dari gadis-gadis tak punya ijazah sd sekalipun!
‘Bangga’kah sekarang dia punya prestasi baru di mataku?
Memuaskan ego melalui tikaman uang kertasnya bertubi-tubi
WOW! ! ! ! !

TANYAKU PADA DUNIA

Sering aku bertanya,
Apakah aku mulai gila?
Apakah aku salah karena negatif dan bukan positif dalam pemikiranku?
Benarkah aku berlebihan?
Apakah ini hanya kebetulan yag mengarah pada kesalahanku menerjemahkan?
Apakah aku sudah mulai tidak mengerti bahasa manusia bumi?
Apakah telingaku yang tuli dan salah mendengar?
Ataukah otakku mulai aus dan salah memproses?
Atau bahkan sudah terjadi hipersensitivitas tipe 6 padaku?
Atau ternyata aku sudah mati dan tidak memahami lagi apa hidup?

LUAPAN KEHIDUPAN KEDUA

Selubung-selubung dosa menutup mataku
Terlihat sama baik dan buruk
Kemampuan membedakan menjadi lumpuh
Aku hamper buta tidak tahu jalan
Beri lagi aku mata normal
Beri lagi aku kesempatan untuk melihat terang
Terlalu lama aku terpenjara kegelapan
Aku memang tahanan yang menjalani hukuman
Aku mohon beri aku remisi


Aku di atas lumpur hidup yang mengisapku menuju perut dosa
Menarik-narik aku
Berusaha membawa aku ke kerajaan setan iblis
Aku hampir tenggelam dan bermukim di sana


Terlalu banyak tikungan membingungkan
Dengan cara sempurna diberikan padaku petualangan luar biasa bernama KEHIDUPAN
Aku bertanya ada apa di sana, di akhir semua perjalanan ini?

LUAPAN KEHIDUPAN PERTAMA

Detik kehidupan bahagia monotonku hilang atas siksaan yang lagi dan lagi berkubang dalam duniaku
Jalan terbaik HANYA PERGI
Melarikan diri dengan menyeberangi jurang terjal dan dalam di depanku
Sanggupkah aku ke seberang?
Ataukah aku justru jatuh?
Bersimbah darah dengan jaringan-jaringan dan organ-organ hancur lebur serta rangka patah-mematah?
Hanya akhir berupa kematian

Saat-saat aku dalam dunia ketidakdewasaanku. Hantaman masalah tak pernah terduga yang mampir tiba-tiba dalam hidupku menjadikan aku putus asa untuk menarik nafas berikutnya.
HANYA SABAR DAN PERCAYA AKAN PERTOLONGAN ALLAH KUNCINYA!

SIALNYA EMINEM (INEM) DI TENGAH KEANEHAN MEREKA 13.11.09-21.25

“Inem, kamu lagi deket sama cowok kan?” Tanya Santi.
“Hah? Enggak!” Uring-uringan Inem menjawab.
“Iya! Ada cowok yang lagi pdkt sama kamu kan?” Tanya Santi seolah dia yang paling tahu sedunia semua hal di dunia.
“Enggak ada.”
“Ada! Ada!” Santi tetap memaksakan pertanyaan dan pernyataannya enggak salah lagi alias benar. “Ada kannn???”
“Siapa sih?” Inem balik bertanya dengan kesal.
“Otong kannn???”
Tak acuh Inem menatap Santi sambil tersenyum sinis. ‘Apa urusan kamu sih?’ Pikir Inem. Inem paling males banget ditanya-tanya hal-hal yang bagi Inem GAK PENTINGGG BANGETTT!!!
“Dia nembak kamu kan?” Tanya Santi lagi.
“Iya!” Jawab Inem kesel. ‘Nah lo! Ini kan jawaban yang kamu harapkan, Santi??? Justru bikin kamu sakit hati kan, Santi??? Aneh deh nih cewek nanya-nanya, padahal sudah tahu jawabannya dan buat dirinya sendiri sakit hati. Males bangettt!!!’

WOW! Dan sekarang kalian yang membaca ini berpikir, jahat banget si Inem ini! Gak berperasaan! Gak memahami seorang cewek di hadapannya yang berada dalam kondisi sangat kecewa. Lalu kalian yang membaca ini mulai menghakimi Inem dan sok memberi nasehat pada Inem. Harusnya Inem memahami perasaan Santi yang pol in lop sama Otong tapi Otong justru membuatnya sedih.
Cuek. Cuek. Cuek. Inem tidak peduli!
Hal pertama, Inem gak punya “kimia” (apa sihhh???) sama Otong. Otong, ‘I’m sorry goodbye!’
Hal kedua, Santi = cewek cerewet yang hobi bergosip dan selalu mau tahu urusan orang lain.
Hal ketiga, Inem tidak suka cewek cerewet yang hobi bergosip dan selalu mau tahu urusan orang lain.
So… Peduli amat!!!
“Eh! Eh! Tapi Inem, kamu tahu kan kalo aku tanda kutip DULU tanda kutip deket sama Otong?”
“Oh!”
‘Maksud lo? Aku merusak rumah tangga kamu?????,’ kata Inem dalam hati.
“Yah….. Walo Otong ninggalin aku tanpa permisi, gak masalah sih kalo Otong sama kamu…”
“Oh!”
“Yah… Lagian aku juga lagi deket sama Didi.”
“Oh!”

HAHHH!!!!!
Bener-bener deh! Males banget ngomongin hal-hal gak penting gini. Males. Males. Males.


Detik-detik …
Menit-menit …
Jam-jam …
Hari-hari …
Minggu-minggu …
Bulan-bulan …

Entah kenpa walopun Santi dan Didi akhirnya jadian, nama Otong tetep disebut-sebut Santi. Ampun deh nih cewek! Hati sama bibir kamu mengucapkan hal yang sama atau beda (Sori! Ini yang terpikir pertama!) ?
“Inem… Lagi ngapain? Sendiri aja? Gak sama Otong? Mana Otong?”
‘Hah? Kamu pikir aku peduli?’ pikir Inem. ‘Lama-lama aku tonjok juga bibir lo!!! Neyebelin banget! Lo cinta sama otong ya cinta aja! Gak usah bawa-bawa aku! Sialan!
Dan ternyata penyakit bibir gak asik Santi menular ke cowok ‘tercinta’nya Didi.
“Inem… Lagi ngapain? Sendiri aja? Gak sama Otong? Mana Otong?” Tanya Didi.
Demi menjaga etika, Inem hanya berteriak dalam hati, berteriak dalam khayalnya, ‘Eh, Didi! Aku tahu kamu bertanya seperti itu hanya untuk menenangkan diri kamu sendiri. Menenangkan diri kamu yang merasa tidak aman. Takut di kepingan hati Santi yang tersembunyi ada si otong kannn??? Lalu aku yang menjadi tumbal untuk perasaan tenangmu. Kalau aku bersama Otong (Insya Allah gakkkkkkkkkk akannnnnnnnnn!!!!!!!!!!), maka kamu akan aman bersama Santi! Benar?”

Sori untuk semua hal yang aku post di sini. Secara jujur inilah yang ada dalam pemikiran otakku dan perkataan hatiku. Aku sangat tidak suka dengan semua ini. Ini menyebalkan. Bagaimana mungkin aku bertahan dalam kondisi muak setiap hari dalam pertemuan dengan kalian. Aku hanya ingin enyah dari tengah keanehan kalian.
Ttd,
Eminem

Maaf (apabila) ada kesamaan nama, kejadian dan tempat kejadian. Ini hanya (rekayasa) yang dibuat demi kepentingan hiburan semata.